Desa Sade terletak kurang lebih 90 km dari arah tenggara kota Mataram, merupakan salah satu desa tradisional di pulau Lombok yang banyak menarik wisatawan baik manca maupun domestik untuk datang berkunjung.
Desa Sade mayoritasnya penduduknya berfropesi sebagi petani yang sebagi salah satu simbulnya adalah adanya lumbung padi yang digunakan sebagai gudang menyimpan padi hasil panen, dibawah ini photo Lumbung padi
Masyarakatnya terbagi menjadi 7 RT dengan jumlah KK sebanyak 152 KK, sebuah angka yang kecil untuk jumlah penduduk dalam tingkatan desa, apalagi jika dibandingkan dengan wilayah tempat tinggal saya dimana dalam 1 RT memiliki 90 KK.
Bisa dibayangkan bagaimana penuhnya satu rumah ketika mengadakan pertemuan rutin warga di tingkat RT dan sangat tidak efektif ketika akan mencari kesepakatan.
Begitu memasuki gerbang masuk desa kita akan disambut oleh pemandu yang akan menawarkan jasa untuk mengantar mengelilingi desa, tidak ada tarif yang ditentukan kita cukup mengisi buku tamu dan memasukkan donasi berupa uang seikhlasnya ke kotak yang bentuknya sama dengan kotak amal di masjid-masjid.
Lingkungan permukiman di desa Sade terbagi menjadi 3 ruang, ruang penerima terdiri dari pelataran sebagai tempat pertunjukkan kesenian tradisional untuk menyambut tamu, kemudian ada berugak berukuran besar berfungsi sebagai ruang pertemuan masyarakat yang dilengkapi dengan papan-papan pengumuman maupun data monografi.
Selain itu juga ada ruang pameran hasil kerajinan tangan masyarakat desa Sade.
Kemudian kita akan diajak untuk berjalan menyusuri permukiman masyarakat, dimana topografi wilayah dibiarkan alami sehingga akan banyak ditemui tangga-tangga yang menghubungkan antara cluster rumah yang satu dengan yang lain, karakter rumah yang menghadap ke jalan sudah diterapkan disana.
Infrastruktur jalan berupa jalan paving selebar 1,5m walaupun dibeberapa tempat masih berupa jalan tanah.
Arsitektur bangunan suku Sasak yang tinggal di desa Sade masih sangat tradisional, dengan dinding terbuat dari bambu dan penghawaan sangat minim, interior rumah berupa lantai plester yang menurut cerita orang sana, dulu untuk mengepel lantai rumah masih menggunakan kotoran sapi.
Apa yang ada dalam benak anda ketika mendengar hal tersebut? Bukannya semakin bersih justru akan semakin kotor kan lantainya? Sama seperti yang saya bayangkan.
Atap bangunan sangat tinggi dan terbuat dari ilalang dengan ketebalan kurang lebih 20-30 cm sehingga tidak akan tembus air ketika musim penghujan. Dan ternyata didalamnya kondisi atap yang tinggi juga dimanfaatkan untuk menyimpan barang maupun tidur.
Jangan dibayangkan ada kasur didalamnya, mereka masih menggunakan tikar untuk beristirahat dan menggunakan kayu bakar untuk memasak. Fasilitas KM/WC umum yang sangat sederhana ditempatkan di beberapa titik desa dengan dilengkapi gentong yang dapat digunakan berwudhu karena mayoritas masyarakatnya beragama Islam.
Yang menarik perhatian adalah pintu yang bermacam-macam bentuk dengan sistem geser manual tanpa rel sehingga hanya menggunakan bambu sebagai relnya.
Diantara rumah-rumah terdapat bangunan kecil terbuka seperti los di pasar yang digunakan untuk menjual kain tenun khas desa tersebut, bahkan kita diberi tontongan menarik proses pembuatannya yang masih tradisional.
Selain kain juga banyak ditemui aksesoris gelang, kalung dari bambu maupun batu sekilas sangat mirip dengan aksesoris yang banyak ditemui di sepanjang jalan Malioboro, Yogyakarta.
Dan ternyata dibalik kesederhanaan dan kebudayaan tradisional yang dipertahankan oleh masyarakatnya, sudah ada stakeholder yang ingin berperan serta dalam pengembangan desa Sade salah satunya Philip sebagai produsen lampu yang memiliki jargon ’Terus Terang Philip Terang Terus’.
Philip memberikan bantuan papan informasi dan lampu penerangan di sepanjang jalan lingkungan, sehingga desa Sade mampu menjadi Kampung Terang Hemat Energi Philip.
Semoga modernisasi dan perubahan kehidupan yang cenderung praktis tidak akan mempengaruhi kehidupan tradisional desa Sade yang kaya akan budaya nenek moyang dan patut untuk dilestarikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar